Saturday, January 13, 2007

Surat Terbuka Kpd RS Imanuel : Sungguh Mengecewakan!!

Tadinya surat ini akan saya kirimkan ke surat kabar (Pikiran Rakyat Bandung atau Kompas). Tapi seiring membaiknya keadaan putra saya setelah dirawat di Boromeus, saya jadi males ngirim. Dan daripada ini dibuang, setelah cape-cape di ketik, akhirnya saya posting di blog ini. Sekalian jadi peringatan untuk bagi yg lain. Bukan berarti ini cerita bohong, saya berani dikonfirmasi. Dan saya tidak ada hubungan apa-apa dengan RS Boromeus, ini murni pengalaman saya pribadi. Mungkin hal ini berbeda dengan pengalaman orang lain dengan RS Imanuel.

.....

Tgl 22 des 06, istri saya melahirkan secara Caesar di rs imanuel karena menurut diagnosa dokter leher bayi terbelit ari-ari dan posisi sungsang. Diperkirakan usia kandungan saat itu 36-37 minggu. Jam 11.05 bayi dilahirkan dengan selamat, berat 2200 gram, keluar dari ruang operasi didorong dalam incubator. Setelah itu saya didata oleh seorang co-ass tentang data, salah satunya history saya yg pernah menderita hepatitis c.

2 jam kemudian, kami diberitahu bahwa bayi harus diinfus dan dioksigen karena susah nangis. Hari itu juga saya berusaha mencari informasi tentang keadaan bayi saya, dan info yg saya dapatkan di hari pertama itu adalah “bayi akan dipantau, diinfus dan dioksigen karena susah nangis” dari suster dan co-ass.

Hari kedua (23 des) saya berusaha mencari info dari dokter anak, dr bambang, pagi hari. Kiranya beliau adalah dokter yg sibuk sekali, jadi waktu saya bertanya pun dijawab “akan dicoba diinfus dan dioksigen dan terus dipantau” sambil berjalan keluar (sepertinya terburu-buru menuju tempat lain)

Hari ketiga (24 des) saya kembali menunggu dokter sekitar jam 9-an (sesuai info dari suster ruang clemen), ternyata dokter sudah pulang. Ketika kami menanyakan pada suster, dijawab “seharusnya bertanya pada dokter bambang, kami tidak berhak!” dengan ketus. Sudah jelas dokter bambang susah ditemui padahal kami sudah berusaha.

Hari keempat (25 des) saya menunggu dari jam 8-an, dokter ada di ruang clemen sedang memeriksa bayi-bayi. Karena istri saya sedang mandi, saya menyusul ke ruang Debora untuk menyuruhnya cepat karena dokter bambang sudah datang. Tapi pada saat saya kembali (tidak sampai 5 menit karena saya sambil berlari dan ruang clemen dan Debora itu dekat) ternyata dokter sudah pergi. Saya tanya ke suster dan co-ass bagaimana keadaan bayi kami hanya dijawab “akan dicoba untuk diberi asi, keadaan sudah ada perbaikan, nafas sudah mulai stabil”. Ketika saya lihat emang bayi sudah dilepas infus dan oksigen. Hanya selang makanan saya yg masih terpasang. Bayi masih di incubator.

Kami disuruh menitipkan ASI yg disapih dan dimasukkan ke botol untuk coba diberikan ke bayi. Dan kabarnya sempat diberi 15 ml, tapi kemudia dimuntahkan sebagian.

Hari kelima (26 des) istri saya dijadwalkan pulang. Kami menunggu dokter bambang untuk menanyakan apakah bayi kami dapat ikut pulang. Kami menunggu dari jam 7 di depan ruang clemen, akhirnya saya dan istri dapat bertemu dengan dokter bambang dan saat ditanya ternyata didapat info bayi kami kuning dan akan dicoba disinar hari itu juga. Bayi tidak boleh dibawa pulang. Terdengar juga dokter bambang bertanya pada suster apakah sudah dilakukan test bilirubin (kadar kuning) darah untuk bayi kami dan seingat dia sudah disuruh dan ditandatangan kemarin. Tapi suster menjawab belum. Jadi dokter menyuruh test darah dilakukan besok harinya lagi. Dijelaskan pula bahwa kuning jika kasusnya berat itu akan berakibat pada otak. Dan karena bayinya kecil (hari itu berat bayi berkurang menjadi 2000 gr), jika pulang pun harus dijaga kehangatan suhu tubuhnya. Terlihat jelas dokter ada janji di tempat lain karena sambil mendekati pintu dan hendak pergi.

Siang hari setelah kami berunding dengan pihak keluarga sekitar jam 1-an kami putuskan, karena model perawatan dan minimnya info yg kami terima, untuk membawa pulang bayi kami dan akan dibawa ke dokter lain. Kami dititipi obat untuk bayi. Juga disuruh tanda tangan surat penolakan perawatan.

Tgl 27 des pagi, kami membawa bayi kami ke rs boromeus dan bayi langsung diinkubator lagi. Dilakukan tes darah, ternyata kadar bilirubin bayi kami 21, padahal lebih dari 11 saja sudah harus dirawat khusus dan tidak boleh diberi ASI. Info itu kami dapatkan dari rs boromeus by phone karena bayi ditinggal dan kami pulang ke rumah, jarak waktu pengetesan dan pemberitahuan hasil hanya beberapa jam!

  1. Mengapa rs imanuel tidak melakukan tes darah dari hari-hari pertama? Malah suster udah disuruh dokter pun masih belum melakukan test. Juga kenapa tidak pada tgl 26 langsung test? Harus menunggu tgl 27 untuk test? Apakah ini trik agar lebih lama dirawat?

  2. tolong juga agar dokter dan suster tidak pelit informasi dan susah ditemui. Ini anak pertama kami dan kami masih awam. Malah istri saya sempat kena semprot karena bayi kuning itu yg katanya kurang dijemur, dan berat turun karena tidak pernah di beri asi. Bagaimana bias kami mengatur agar suster menjemur bayi kami padahal bayi ada di bawah pengawasan suster dan diinkubator? Dan bagaimana istri saya memberi asi jika hari pertama sampai ketiga masih diinfus? Kami juga sudah menitipkan asi di botol sesuai saran suster.

  3. kenapa info seperti kadar bilirubin lebih dari 11 tidak boleh diberi asi tidak kami dapatkan dari dokter atau suster? Malah istri saya didorong untuk menitipkan asi, dan tgl 26 disuruh untuk belajar memberi asi secara langsung. Karena tidak bisa akhirnya dicoba dengan botol dan bisa. Karena tidak ada info seperti itu di rumah kami malah berusaha memberi asi lebih banyak karena sepengetahuan kami asi baik untuk bayi.

  4. kiranya suster harus lebih ramah. Tidak seperti salah satu suster di clemen yg judes dan selalu menjawab dengan ketus. Juga lebih aware pada perintah dokter. Seperti misalnya di hari terakhir, sudah jelas dokter menyuruh melakukan penyinaran, tapi sejauh yg kami lihat dari pagi sampai siang hari kami putuskan untuk pulang tidak dilakukan penyinaran. Kapan rencananya? Di akhir hari?

  5. bukankah dengan data bahwa saya pernah menderita hepatitis menjadi acuan untuk secepatnya mengetes darah bayi? Atau malah dari info dari teman-teman saya biasanya di tempat lain test darah itu dilakukan awal-awal, setidaknya untuk mengetahui golongan darah bayi.

Saya tidak menjudge semua dokter / suster di imanuel seperti itu. Ada juga yg baik dan ramah pada pasien. Juga co-ass yg sudah cukup coba membantu. tapi secara keseluruhan kami sungguh kecewa. Sebenarnya dari awal kami sudah diperingatkan oleh beberapa teman kantor tentang pelayanan di rs imanuel, tapi kami tidak berfikir akan seperti ini kejadiaannya. Kami hanya orang awam yg tidak mengerti istilah dan dunia kedokteran, kejadian ini diceritakan dari sudut pandang kami sebagai ‘konsumen’ dari sebuah rs yg cukup terkenal di bandung.






8 comments:

Anonymous said...

well,


tengkiu dah berbagi pengalaman

gw turut prihatin utk dokter dan RS itu
dan juga turut bahagia krn anak kalian ya^^

btw, blog ini sgt mmbntu gw membuat tgs gw^^

ada tgs ttg pelanggaran kode etik petugas kesehatan, dr pengalaman seseorang^^

sekali lg, tengkiu^^

Dody said...

Nuhun... :)

Anonymous said...

waduh, ikutan tegang baca ceritanya.yang penting skrg anaknya sehat kan...??
meski telat: selamat ya...:)

Anonymous said...

Maaf...
Sekedar ingin meluruskan sedikit, boleh yaa...
Inilah kenapa diperlukan edukasi yang lengkap bagi seluruh orangtua sebelum mereka memiliki anak, bahkan sebelum hamil. Sehingga tidak terjadi kasus-kasus seperti ini.

Maaf, saya bukan membela rumah sakit, tapi hanya menyampaikan beberapa informasi yang saya peroleh dari guideline. Mungkin nanti bisa main ke : http://www.sehatgroup.web.id/

1. Kuning umumnya tidak bahaya pada bayi, terutama bila kuningnya muncul di hari ke-2. Tapi mengingat bayinya lahir kurang bulan, kemungkinan memang lebih riskan
2. ASI jelas wajib, walaupun bayi kuning. Tapi memang ASI akan meningkatkan kadar bilirubin bayi, namun tidak berbahaya, istilahnya breastmilk jaundice.
3. Sekarang RS banyak yang sudah menerapkan rooming in, jadi ibu dan bayi dalam kamar yang sama, tidak dipisah. Mengingat bayinya lahir kurang bulan dan ibu ada riwayat hep c, mungkin jadi dipisah. Namun sebaiknya tetap ASI.
4. Tindakan yang diambil Boromeus kurang tepat dengan memberhentikan ASI. Seperti kita tahu, ASI memiliki banyak kelebihan, jadi tidak ada yang bisa menggantikan ASI.
5. Berat bayi memang pasti akan turun pada 1 minggu pertama, umumnya maksimal penurunan sebesar 10%. Makanya asupannya harus dijaga, yaitu ASI.

Maaf, sekali lagi bukan membela atau menyalahkan satu pihak.
Namun kembali lagi, ini adalah satu pelajaran yang sangat berarti bagi keluarga, bahwa kita sebagai orangtua harus lebih bijak dan mencari informasi sebanyak mungkin (dari web terpecaya tentunya, jangan web sembarang) agar anak kita akan memperoleh haknya untuks elalu mendapat yang terbaik.

-Salam-

Dody said...

Makasih Mbak Kurnia,
atas infonya. Sekalian pembelajaran bagi kita semua orang tua, apalagi orang tua baru.

Kalau memang pihak rs imanuel (diwakili oleh dokter dan suster) mau memberikan info lebih jelas dan lengkap (plus sopan), mungkin kami ga akan sekesal ini. Kalau memang asi tidak berbahaya bagi bayi kuning (saya tidak pernah meragukan mamfaat asi bagi bayi), mbok ya informasi itu tetep ada.

Sekali lagi, ini kejadian yg kami alami, dan point utamanya adalah dari segi pelayanannya. Semoga tidak terjadi pada orang tua lain, dan sekali lagi terima kasih atas info dan referensinya :)

Salam dari kami.

Anonymous said...

sedikit share,dr usia kandungan 5bln anak ke-2 sy,sy periksa diRS tsb,dan selama di dr.kandungan tdk pernah ada pembicaraan
kalau bayi sy mgkn ada kelainan atw apa,akhirnya sy melahirkan sesar bln Oktober 2010 krn air ketuban habis dan tdk ada kontraksi,bayi sy lhr dgn bb 2900gr pb 51cm,wktu druang operasi sy dengar slahsatu dokter menyebut2 kt DS tp sy blm 'ngeh' kalau DS itu Down Syndrome,1hr sblm pulang bayi sy kuning dan hrs disinar,akhirnya stlh 3 hr dperbolehkan pulang (selama dirawat belum pernah sekalipun kami bertemu lngsung dgn dr.anak yg menangani bayi kami tsb,hny via telp.)dan 3hr kemudian cek lg kRS dan ternyata msh kuning,dokter hanya memeriksa bayi sy sesaat tanpa ada pembicaraan apapun kecuali hrs cek darah lg,dan hampir 2 minggu perawatan diRS tdk pernah ada pembicaraan kemungkinan2 mengenai kelainan pd bayi sy,padahal menurut saya,jika memang dokter mencurigai adanya kelainan pd bayi tsb seharusnya langsung memberitahu kami secepatnya dan tindakan2 apa yg hrs cepat dilakukan...
Krn tdk puas dgn pelayanan dr.anak dRS tsb akhirnya sy pindah kRS lain dibogor dan setelah dicek scr detail ternyata anak sy mengalami hypotiroid dan hrs menjalani pengobatan seumur hidup...tp ternyata Allah lbh sayang
,pd usia 10bln bayi sy tersebut dipanggil olehNya.....

Dody said...

Saya turut berduka cita mas/mbak :(

Unknown said...

alhamdulillah ya mas ,bayi nya sehat & selamat..
Sy jg pernah ada pengalaman di rs tersebut,
Waktu itu sy di vonis bayi meninggal didalam waktu usia kandungan 6bln, nah harus dikeluarkan lah si bayi nya, karna sdh meninggal, sy diksh perangsang, bahkan sudah ada mules dan pembukaan 3, suami sy diminta panggilkan suster ,tp suster nya malah blg suruh sabar aja istri nya ..
Padahal waktu itu sy tdk tau harus bagaimana, mules mau melahirkan, tp gtw harus bagaimana, akhirnya sy ngeden sendiri, keluarlah bayi nya tanpa bantuan pihak rumah sakit, setelah itu baru suster dtg, baru di pindahkan ke ruang bersalin ..
Jd sy melahirkan di kamar rawat inap, bkn di ruang bersalin ,sendirian lagi ,