Saturday, January 13, 2007

Putra kami : MARVEL RADITYA FATHIN


Putra kami, lahir Jumat tgl 22 Desember 2006 di RS Imanuel Bandung, melalui operasi caesar jam 11.05 AM.
Kami beri nama Marvel Raditya Fathin. Nama adalah doa dari orangtua bagi anaknya. Semoga anak kami menjadi anak yg sholeh, sehat, cerdas, dan berbakti pada orangtuanya. Marvel saya yg milih, bukan ngikutin marvel komik amerika, tapi dari bahasa inggris yg artinya mengagumkan. Tapi please kalau mau ngecek, carinya di kamus inggris indonesia yg keluaran Oxford, kalo yg lain terjemahannya suka aneh-aneh. Raditya dipilih oleh Vitri, artinya matahari dari bahasa sansekerta. Juga kebetulan karena ada tokoh sinetron raditya yg diperankan oleh jonatan frizzy. Fathin dari bahasa arab pilihan Vitri yg artinya cerdas. Panggilannya Radith.

Preambule
Tgl 16 Des 06 kami masih chek up bulanan ke dr Ronnie. Seperti biasa, kondisi bagus, perkiraan berat sekitar 2,7 kg, posisi kepala sudah di bawah. Perkiraan kelahiran sekitar tgl 20an Januari 2007. Kami pulang dengan tenang dan bahagia.
Tgl 21 Des 06, Vitri merasakan ada air mengalir, takut kalo itu ketuban pecah, langsung ke dokter perusahaan dan dirujuk ke imanuel.
Berangkat sendirian ke imanuel (gw masih di jakarta, tapi keep informed), tapi balik lagi karena ga ada dokter. Kontak ke dr Ronnie disaranin ke tempat prakteknya setelah jam 7 malem. Akhirnya check ke dr Winarno di Astana Anyar Bandung dianter mertua. Beliau kabarnya dokter senior. Iyalah, tarifnya juga beda, biasanya bayar 60rb ini 200rb.
Peralatan juga komplit. Pas dicek ternyata hasilnya mengejutkan: leher bayi kelilit plasenta dan disaranin segera caesar. Kalo ditungguin normal perkiraan tgl 4 Jan 07.
Gw ditelpon pas lagi di kantor slipi. Habis denger berita itu, gw 'nga-huleng' Deg-degan ga bisa langsung pulang.

Di RS Imanuel
Besoknya gw berangkat ke bandung, langsung ke imanuel. Jam 11 kurang 15, Vitri didorong ke ruang operasi.
Jam 11.05 putra kami lahir. Didorong keluar dengan box inkubator. Karena kecil. Vitri keluar setengah jam kemudian. 2 jam kemudian kami diberitahu kalo bayi harus di infus dan di oksigen. Karena nangisnya ga lepas. Kita oke-oke aja, dan ga ada prasangka apa-apa. Siangnya saya ijin masuk ke ruang bayi. Bawa kamera. Ada selang infus ke tangannya. Ada juga selang oksigen ke hidung. Pas saya denger nafasnya pun seperti ada suara ngikk ngiik... Seperti ada dahak. Pas ditanya ke koas jawabannya hanya akan dipantau trus. cerita selanjutnya episode imanuel ini bisa dibaca di sini. Pokoknya kami tidak puas dengan pelayanan bagian anak di imanuel.
Singkat cerita kami pulang setelah menandatangani surat penolakan perawatan. Dan kami telah diberitahu dan mengerti akan konsekuensinya. Kami dibekali obat buat Radith.
Kami pulang, Radith1 malem di rumah, esoknya langsung di bawa ke Boromeus Dago Bandung.

Di RS Boromeus
Untunglah tetangga ada yg bekerja sebagai suster bagian anak di Boromeus. Bu Yana. Darinya kami memperoleh infomasi, dibantu didaftarkan. Plus tips-tips perawatan anak. Darinya juga kami memperoleh informasi bahwa obat puyer yg diberikan kepada Radith memang obat untuk menurunkan kuning, tapi ada efek sampingnya, bayi jadi 'teler' dan tidur terus. Untuk bayi yg lahir normal saja hanya berani diberi dosis 1 kali sehari. Tapi Radith dosisnya 3 kali sehari, dengan kondisi berat badan kurang. Pantesan Radith tidur terus dan tidak mau nyusu, gimana mau sehat? Dan kami tidak dapat infomasi tersebut dari suster imanuel!!

Jam 10 Radith masuk ke perawatan, ditangani oleh dr. Yohanes. Langsung dites darah. Dan hasilnya diberitahukan ke Vitri (yg sudah pulang ke rumah) via telepon. Sungguh beda dengan imanuel yg harus nunggu 1 hari lagi untuk melakukan tes. Berat bayi 1,9 kg. Langsung di inkubator dan diinfus lagi, juga disinari dengan lampu biru. Terus terang kami khawatir, tapi karena sikap dan perlakuan suster kami merasa tenang untuk meninggalkan Radith dibawah pengawasan mereka. Hasil tes bilirubin 21. Normalnya dibawah 10. Beda 2 kali lipat. Kami diberitahu bahwa kalau bilirubin besoknya tidak turun, maka bayi akan diterapi dengan biaya yg lebih mahal sedikit. Besoknya bilirubin turun jadi 13. Dan besoknya lagi jadi 8. Kata dokter itu termasuk luar biasa cepat. Info dikemudian hari kami dapatkan bahwa kalo sampai diterapi biayanya bisa sampai 1 juta. Itu hanya untuk terapinya.

Masalah berikutnya adalah berat badan. Nah ini makan waktu yg lumayan lama. Dokter mensyaratkan berat 2,3 baru boleh pulang. Berat Radith naik turun, naiknya lambat, turunnya cepet. Karena setiap tes darah, maka berat akan turun. Sedangkan Radith lumayan sering dites darah. Setiap indikasi kuning, langsung tes, setelah tindakan, pasti tes darah lagi untuk memastikan. Setelah penyinaran pertama, Radith sempet disinar lagi, karena bilirubin jadi 10. Disinar buat jaga-jaga. Turun jadi 6. Berat sempet mentok 2,1 selama 4 hari. Masuk tgl 27 Desember 2006 pulang tgl 12 Januari 2007. Setahun. Hehehehe...
Setiap hari Vitri menyapih susu dan dibotolin, saya setorin ke suster rs. 2 minggu lebih. Setiap hari di fotoin. Sampe suster hapal ke saya karena sering foto-foto.
Berat waktu keluar 2,3 kg. Di imanuel kami yg ngejar dokter, di boromeus kami yg dicari oleh dokter. Hehehe....

Di rumah
Sekarang sudah di rumah, berasa jadi papa mama. Kalau kemaren ga gitu kerasa, masih bisa tidur nyenyak. Tapi sekarang musti standby. Kebanyakan Vitri, karena kalau lapar harus dia yg nyusuin, saya ga bisa :) Kalo sekedar ganti popok, asal bukan e'e, saya masih bisa, walau waktunya lebih lama, dan Radith sering protes karena keburu kedinginan. Dan ijin saya ngantor di kantor bandung diperpanjang. Makasih bos! Radith maunya disusuin ASI, walau sekedar ngempeng doang. Di rs maunya pake botol, di rumah malah ga mau. Susu enfalac prematur formula jadi nganggur. Padahal kadaluarsa 1 bulan setelah dibuka. Gapapa, lebih sehat ASI. Walau Vitri jadi lebih lama gendutnya, karena harus makan banyak, agar ASInya lancar. Tuhan Maha Adil. Hehehehe.....

Well, welcome our beloved son: Marvel Raditya Fathin

-Dodd-








No comments: